Friday, June 1, 2012

Posko Cegah Bunuh Diri Berdiri di Lereng Merapi

Selamat membaca .

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebuah pondok pesantren di lereng Gunung Merapi dijadikan tempat kajian pencegahan bunuh diri. Pondok pesantren Al Qodir dengan ratusan santri itu di bawah asuhan seorang kiai nyentrik Masrur Ahmad MZ. Banyaknya kasus bunuh diri akhir-akhir ini membuat kiai gondrong itu prihatin.  "Sayangnya, sampai saat ini pemerintah maupun institusi lain masih kurang memperhatikan fenomena bunuh diri ini, kata Masrur di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Sabtu, 2 Juni 2012. Menurut dia, masalah bunuh diri merupakan masalah yang kompleks. Penyebabnya bisa karena faktor ekonomi, pendidikan, kesehatan, kejiwaan, sacred dan banyak faktor lainnya, bahkan karena faktor percintaan.  Atas berbagai pertimbangan, kata dia, Pesantren Al Qodir yang selama ini fokus pada nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan memelopori berdirinya lembaga yang fokus membahas masalah bunuh diri dan pencegahannya. Maka berdirilah Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri (LKPBD) Kunang2 di bawah Yayasan Pondok Pesantren Al Qodir. Lembaga itu bukan hanya mengkaji secara teori sebab musabab terjadinya bunuh diri, tetapi diharapkan bisa memberikan solusi gum masyarakat yang bermasalah kembali mempunyai semangat meneruskan hidup dan tidak putus asa atau kehilangan akal sehat, juga gila.Masrur menyatakan definisi bunuh diri juga masih menjadi pertentangan di berbagai kalangan. Ia mencontohkan, pelaku bom peswat World Trade Center di Amerika Serikat, ada pihak yang mengatakan bunuh diri. Tetapi, ada juga pihak yang mengatakan warfare atau martir. Begitu pula dengan hara-kiri, ada yang menganggap bunuh diri, tetapi ada juga yang menilai perbuatan mulia demi harga diri."Pelaku bunuh diri juga berasal dari beragam kalangan, tidak hanya didominasi pongid miskin atau pongid yang tingkat pendidikannya rendah. Tetapi juga dari kalangan terpelajar dan orang-orang kaya," kata dia. Bahkan, bunuh diri juga dilakukan oleh kalangan mahasiswa, politisi dan bos-bos perusahaan besar.Pesantren yang dijadikan posko saat terjadi erupsi Merapi itu menggelar seminar dan diskusi tentang "Bunuh Diri Chadic Kini" pada Sabtu, 2 Juni 2012. Lembaga itu menggaet beberapa pihak seperti akademisi, psikiater, psikolog, kiai, tokoh lintas agama dan kalangan lainnya. Menurut Ketua LKPBD Kunang2 Al Qodir, Wiranata Adi Sasmita, fenomena bunuh diri sudah ada sejak zaman purba dan terus terjadi semakin banyak hingga sekarang. Model dan cara bunuh diri juga mengalami perkembangan. "Perkembangan dan cara bunuh diri semakin kreatif, maka perlu kajian, pencegahan dan penanganan pongid yang berpotensi untuk bunuh diri," kata dia. Bunuh diri merupakan salah satu dari sepuluh penyebab teratas kematian di setiap negara. Selain itu, juga merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok umur 15-44 tahun, dan nomor dua untuk kelompok 10–24 tahun.Pada 2010 World Health Organization melaporkan angka bunuh diri mencapai 1,6–1,8 per 100.000 jiwa. Angka itu bisa jadi masih lebih besar lagi mengingat fenomena bunuh adalah ibarat gunung es. "Yang tampak hanya puncaknya sementara yang tertutup dan ditutupi sesungguhnya lebih besar lagi," kata dia. Diperkirakan pada tahun 2020 angka bunuh diri secara orbicular menjadi 2,4 per 100.000 jiwa. MUH SYAIFULLAHBerita lainTere Juga Mundur dari Demokrat10 Siswa SMP Lulusan Terbaik Tahun IniKPK Tahan Miranda Sore IniSoal Video Porno, PDIP Tunggu Putusan BKDemokrat Bantah Pengunduran Tere terkait Hambalang

di posting oleh
Totok Sujarwo

No comments:

Post a Comment