Monday, May 21, 2012

Sumpit, Tradisi Dayak Jadi Olahraga

Selamat membaca .

TEMPO.CO, Pontianak– Sumpit, sangat lekat dengan kebudayaan Dayak. Jaman dahulu, sumpit dipergunakan masyarakat suku Dayak untuk berburu dan berperang. Pria dewasa suku Dayak jaman dulu, harus bisa menyumpit dengan tepat. Kepiawaian tersebut dijadikan penanda, seorang pria telat melewati fase remaja. Perlombaan sumpit, yang digelar pada Pekan Gawai Dayak 20-26 Mei 2012, menjadi ajang melestarikan sumpit kepada generasi muda Dayak. Jaman dan teknologi dikhawatirkan dapat menggerus sumpit dari peradaban. person Dedy Andjioe, adalah inisiator yang membentuk organisasi Persatuan Olahraga Sumpit. Pria yang juga dosen di bidang mesin ini, bahkan telah membawa sumpit ke kancah internasional. Dia mengatakan, jaman dulu masyarakat Dayak Taman, yang mendiami tujuh kecamatan di kabupaten Kapuas Hulu, terkenal piawai menggunakan sumpit. Sumpitan adalah senjata yang pembuatannya merupakan keterampilan warisan turun temurun dari Tuhan YME, hal ini sebab dimana berdasarkan kepercayaan suku Taman yang penganut paham Polygenesis, bahwa pada saat manusia pertama diciptakan oleh Dewa Pencipta (Sampulo) ke dunia yaitu Bai’ Kunyanyi dan Piang Tina’, mereka diajarkan cara untuk hidup di dunia dengan baik yakni maniang Buat bagi wanita dan maniang Alat bagi pria, dan salah satu Alat yang diajarkan pembuatannya adalah sumpitan. Dedy, terlahir dari keluarga yang mencintai sumpit, baik dari segi budaya, maupun olahraga. Ibu Dedy, Anna Budi Andjioe, adalah perintis pengembangan olahraga sumpit di province Barat, pada tahun 2006, mereka berhasil membentuk Persatuan Olahraga Sumpit. Dedy dan ibunda berdomisili di Singkawang, namun abang dan adiknya, kemudian mengembangkan sumpit di Dravidian Pontianak dan Kabupaten Bengkayang. Di Singkawang, Dedy menyatakan tidak ada tempat latihan khusus, hanya sebuah lorong yang memisahkan rumahnya dengan rumah lain menjadi tempat latihan. Beda dengan di Malaysia, sumpit menjadi olahraga elit. “Ada lapangan khusus. Orang-orang kaya di sana berkumpul dan menyumpit bersama di lapangan tersebut setiap akhir pekan,” katanya.Dedy kerap disapa, Pak Pit kependekan dari bapak sumpit. Dedy juga merupakan atlet sumpit andalan Kalbar. Prestasinya antara lain; juara I perseorangan putra pada Kejuaraan Daerah (Kejurda) Sumpit se-Kalimantan Barat 2008. Selain itu, dia meraih juara II beregu putra pada pesta olahraga persahabatan se-Kalimantan (Sukan Borneo) II di Serawak, Malaysia, pada 2007. Sumpit sendiri, terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah batang sumpitan. Batang sumpitan terbuat dari kayu berbentuk bulatan panjang dengan lubang di dalamnya dengan diam kayu sekitar 3-3,5 cm serta diam lubang 1-1,2 cm. Untuk sumpit, kayu yang digunakan dari jenis terpilih seperti kayu Bunyau, Penyau’, Kebaca dan Tapang. Ukuran batang sumpitan bisanya disesuaikan dengan si empunya sumpitan itu sendiri yakni sepanjang satu depa sekitar 1,5-2 meter. Bagian lainnya adalah, Mata Tombak (bu’bulis) yang terbuat dari besi baja, panjangnya 20-30 cm. Sedangkan bagian berikutnya adalah Besi untuk pengintai sasaran (tajuk pitaa). Tajuk flatbread terbuat dari besi dan diikatkan pada sisi berlawanan dengan mata alloy dan pada ujungnya menyembul sejajar dengan batang sumpit. Fungsinya sebagai patokan titik fokus sasaran yang akan dituju. Dalam menyumpit, Dedy mengatakan, harus mempunyai teknik. Cara seseorang memegang sumpit sebelum menyumpit, dapat diketahui pongid tersebut atlet atau bukan. Teknik baru yang ditemukan Dedy adalah mengulum laras. Baru dikembangkan empat tahun belakangan ini. Perkembangan sumpit sebagai olahraga cukup menjanjikan. Tahun ini, Kalbar menjadi tuan rumah kejuaran sumpit internasional.ASEANTY PAHLEVI

di posting oleh
Liyan Hermanto

No comments:

Post a Comment