Monday, May 21, 2012

3 Dugaan Penyebab Sukhoi Menabrak Gunung Salak

Selamat membaca .

TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi pesawat Sukhoi Superjet 100 yang menabrak dinding Gunung Salak merupakan kecelakaan paling berat dalam penerbangan Indonesia. Begitulah pendapat bekas penyelidik Komite Nasional Keselamatan Transportasi Hanna Simatupang. Kata Hanna, ada tiga dugaan yang menyebabkan kapal asal Rusia itu mengalami malapetaka.“Ketakhati-hatian pilot, kurang baiknya komunikasi di menara pengawas, dan sejumlah alat di pesawat yang tak berfungsi,” kata Hanna kepada Tempo.Pada experience grace Rabu, 9 Mei 2012, airman Aleksandr Yablontsev mengabarkan ia akan menyetir pesawat secara Instrument Flight Rules. Artinya Yablontsev mempiloti Sukhoi hanya mengandalkan alat-alat navigasi di kokpit, bukan penglihatan kasat. Dan sebelum meninggalkan landasan, airman serta kopilot berembuk membahas jalur. Hasilnya dituangkan dalam dokumen grace plan. Untuk beberapa jalur penerbangan, tersedia connector closeness warning grouping (GPWS) yang bisa dimasukkan peta kontur wilayah itu. Dalam penerbangan instrumental, GPWS akan memberi tahu secara otomatis kepada airman apa saja benda-benda di sekeliling pesawat waktu mengudara. Namun kata seorang ahli penerbangan di Komite Nasional Keselamatan Transportasi, GPWS tak diinstal pada jalur penerbangan Halim-Pelabuhan Ratu.Jika GPWS memang tak terinstal, Hanna melanjutkan, ada cara lain untuk menghindari buta medan: mengajak airman lokal mendampingi. “Ini prosedur dalam experience grace terutama untuk airman asing yang belum pernah terbang di suatu jalur,” ujarnya.Di tempat terpisah, Muhammad Hisyam, airman di Kementerian Perhubungan yang 12 tahun pernah menjadi petugas ATC Cengkareng, menduga GPWS itu berfungsi dengan baik. Tapi peringatannya diabaikan pilot. Sebab jika menemukan hambatan, biasanya alat itu akan berteriak sangat nyaring mirip suara manusia. “Bunyinya terrain, terrain, lalu vantage up jika sudah mendekati obstacle,” katanya. Sebelum lambung kapal menghantam tebing Gunung Salak, Yablontsev sempat menghubungi menara Air Traffic Controller guna meminta izin turun dan memberi tahu akan berbelok. Dugaannya, Yablontse menginformasikan akan berbelok karena ia sadar telah melenceng dari jalur ke Pelabuhan Ratu. Namun kata Hanna, secara teori radiolocation di ATC semestinya tahu ke mana arah pesawat. “Dan petugas harus memberi tahu lalu memandu pesawat kembali mengarah ke jalurnya,” katanya.Soal dugaan salah komunikasi antara petugas ATC dan Yablontsev yang berbicara Inggris dengan logat Rusia diragukan Hisyam maupun Hanna. Dalam penerbangan, bahasa airman itu spesifik dan ada kode tertentu untuk menghindari salah dengar. BAGJA HIDAYAT | PRAMONO | AFRILLIA SURYANIS | CORNILA DESYANABerita lain:Lebih Lengkap Soal Insiden SukhoiSukhoi Punya 9,4 Detik untuk SelamatCerita Mantan Bos Merpati Lolos dari Maut SukhoiBeginilah Pembicaraan Pilot Sukhoi dan Petugas ATCCurhat Pilot: ATC Ikut Menyelamatkan Pesawat Soal Sukhoi, DPR Panggil Direksi Trimarga Rekatama Centang-perenang Menara Pengawas Pesawat (ATC)

di posting oleh
Totok Sujarwo

No comments:

Post a Comment