Thursday, June 14, 2012

Perokok Ancam Tinggal Landas Ekonomi Indonesia

Selamat membaca .

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Abdillah Ahsan, mengatakan peningkatan konsumsi rokok pada penduduk usia muda mengancam pencapaian jendela peluang ekonomi state pada 2020 hingga 2030. "Potensi verify soured ekonomi state akan lenyap akibat incentive demografi state bermutu rendah," kata Abdillah dalam seminar bertajuk Konsumsi Rokok Mengancam Bonus Demografi di Hotel Atlet Century Kamis, 14 Juni 2012.Hal ini, kata dia, dapat terjadi jika penduduk usia produktif state memiliki kualitas kesehatan yang tidak memadai saat periode incentive demografi itu berlangsung. Sayangnya, kata dia, penurunan kesehatan penduduk usia produktif itu ia prediksi akan terjadi di Indonesia.Berdasarkan accumulation yang ia paparkan, pada tahun 1995 hanya ada 7 persen remaja (usia 15-19 tahun) yang merokok. Namun, pada 2007 jumlah remaja perokok menjadi 19 persen atau meningkat lebih dari 200 persen. Pada 1995 sebanyak 14 persen remaja laki-laki merokok, dan jumlahnya naik dua kali lipat menjadi 37 persen pada 2007. Hal yang lebih mencengangkan lagi, pada 1995 hanya 0,3 persen remaja perempuan yang merokok, namun angka itu melonjak lima kali lipat pada 2007 dan menjadi 1,6 persen. Data ini ia peroleh dari Susenas 1995, 2001, dan 2004 serta Riskesdas 2007 dan 2010."Totalnya, ada 4,2 juta perokok remaja saat ini," kata Abdillah. Sementara itu, 15 tahun mendatang, atau saat periode incentive demografi, maternity remaja itu yang akan memasuki pasar kerja.Abdul mengkhawatirkan konsumsi rokok sejak dini akan menimbulkan penyakit akibat rokok pada saat mereka memasuki usia produktif. Sementara pongid sakit tidak akan dapat bekerja sama produktifnya dengan pongid sehat. Implikasi lainnya adalah kematian dini penduduk di usia produktif. "Saat pongid tua baru berumur sekitar 35 tahun meninggal, siapa yang akan menafkahi anaknya," kata dia. Ini berpotensi menciptakan kemiskinan pada generasi berikutnya karena kehilangan pongid yang membiayai hidupnya.Abdillah mengatakan sekali paronomasia perokok itu tidak mati muda, mereka akan menjadi penduduk berusia lanjut dengan penyakit terkait rokok. Penduduk lansia itu tentu tidak memiliki produktivitas seperti saat dia muda sehingga tidak dapat membiayai sakitnya sendiri. Akibatnya, lansia itu menjadi beban bagi keluarganya.Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan setidaknya ada 25 penyakit yang mengancam perokok aktif. "Ini karena mereka menghirup setidaknya 4.000 bahan kimia saat mereka merokok," kata Tjandra. Bahkan, kata dia, efek buruk rokok dapat menyerang perokok pasif yang terus terpapar asap rokok.Bonus demografi merupakan suatu kondisi jumlah usia produktif (15-64 tahun) di suatu negara sangat besar dibandingkan dengan penduduk yang tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun lebih). Hal ini menyebabkan rasio ketergantungan juga akan semakin menurun. RAFIKA AULIABerita terpopulerWanita-wanita Cantik di Konser Ahmad DhaniSBY Isyaratkan Anas Mundur dari DemokratKemana Saja Neneng Selama Pelarian?Akhir Pelarian NenengPamerkan Payudara, PNS Kroasia Terancam Sanksi

 

di posting oleh
Totok Sujarwo

No comments:

Post a Comment