Wednesday, June 6, 2012

Penjualan Merck Tertekan Kondisi Eropa

Selamat membaca .

TEMPO.CO, Jakarta -Produsen obat-obatan, PT Merck Tbk, menargetkan pertumbuhan penjualan maksimal 9 persen. Target pertumbuhan tidak setinggi realisasi pendapatan 2011 yang mencapai 15 persen sebesar Rp 918,5 miliar. Direktur Keuangan Merck, Bambang Nurcahyo, mengatakan, hal itu disebabkan kondisi Eropa yang masih memburuk. Akibatnya, permintaan dari divisi kimia menurun. "Di kuartal pertama, penjualan kami menurun karena obligation dari divisi kimia berkurang," kata Bambang di Jakarta, Rabu 6 Juni 2012. Sepanjang tahun lalu, kontribusi penjualan dari divisi kimia cukup besar yaitu mencapai 35 persen. Meski menurun, Bambang mengatakan, perusahaan akan tetap menjaga di angka tersebut. Untuk divisi kimia, perusahaan menjual produknya ke provider yang Indonesia. Selanjutnya provider itu yang mengekspor ke luar negeri, termasuk Eropa. Karena permintaan yang berkurang, penjualan paronomasia juga berkurang. Akhirnya itu mempengaruhi penjualan Merck. "Tetapi, kami ingin divisi kimia tetap tumbuh ," jelasnya. Sedangkan dari divisi farmasi, menurut Direktur Merck Serono, Evie Yulin, tetap akan berkontribusi sekitar 65 persen untuk perusahaan. Dia mengatakan, penjualan di divisi farmasi masih sangat bagus. Hingga Apr 2012, penjualan dari divisi tersebut tumbuh 11 persen. Evie mengatakan, penjualan dari divisi ini tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi Eropa yang tengah memburuk. Karena masyarakat tetap membutuhkan obat kapan pun. "Namun biasanya agak berkurang di saat hari libur. Sebab, keluarga telah menyiapkan obat-obatan sebelum itu," ujar dia. Sepanjang 2011, penjualan naik 15,4 persen menjadi Rp 918,5 miliar dari sebelumnya sebesar Rp 795,6 miliar. Divisi farmasi berkontribusi sebesar 65 persen dan sisanya dipegang oleh divisi kimia. Sedangkan laba bersih mencapai Rp 231,15 miliar, naik 94,5 persen dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp 118,7 miliar. Namun karena tertekan penjualan divisi kimia yang menurun, kinerja kuartal pertama tahun ini mengalami penurunan. Laba bersih mencapai Rp 38,91 miliar, turun 15 persen dibandingkan perolehan kuartal pertama 2011 sebesar Rp 45,79 miliar. Hal itu disebabkan pendapatan turun tipis dari Rp 237 miliar pada Maret 2011 menjadi Rp 232,2 miliar. Hingga saat ini, ujar Bambang, perusahaan tidak memiliki pinjaman perbankan. Namun tercatat hingga 31 Maret 2012, amount liabilitas perusahaan mencapai Rp 89,7 miliar. Itu terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 63,7 miliar yang berasal dari utang usaha dan utang pajak. Sedangkan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 26 miliar. Ke depannya, perusahaan tidak berencana untuk berutang. Karena, menurutnya, laba bersih yang diperoleh tahun lalu sudah memperhitungkan untuk pembagian dividen sebesar Rp 185,25 miliar dan sisanya untuk normal kerja perusahaan. "Hingga Maret ini, kas perusahaan mencapai Rp 254,6 miliar," kata dia. SUTJI DECILYA

di posting oleh
Liyan Hermanto

No comments:

Post a Comment