Sunday, May 27, 2012

Perusahaan Energi Thailand Ekspansi Lahan Sawit

Selamat membaca .

TEMPO.CO, Bangkok - Perusahaan energi asal Thailand, PTT Plc., sedang sibuk mendapatkan lahan di Burma dan Kamboja untuk perkebunan kelapa sawit. Langkah ini sebagai bagian dari rencana membangun perkebunan 200 ribu hektare dalam empat tahun yang akan menelan biaya US$ 1 miliar.PTT sudah memulai menanam kelapa sawit di state sejak lima tahun lalu. Sementara Burma dan Kamboja sudah terdaftar sebagai lokasi strategis untuk pertumbuhan bisnis kelapa sawit perusahaan itu. "Kondisi cuaca di Burma bagian selatan mirip dengan Borneo, dengan hujan yang lebih sedikit," kata Mantan Presiden PTT Green Energy co. (PTTGE), Nipit Isarankura seperti dikutip port Post, Senin, 28 Desember 2012."Pembicaraan sudah sampai kepada kesimpulan dan kami akan menandatangani nota kesepahaman untuk membangun perkebunan kelapa sawit di Tanintharyi di selatan Myanmar, dengan Atlantic yang luasnya lebih dari 100 ribu hektare. di Kamboja, lokasi potensial adalah di daerah pedalaman di belajang Koh Kong," kata Nipit.PTTGE bertanggung jawab atas perkebunan kelapa sawit dan segala bisnis yang berada di Indonesia. PTT telah menanamkan normal US$ 400 juta di state untuk perkebunan dan dua pabrik minyak sawit.Perusahaan tidak terlalu agresif untukmengembangkan operasi minyak sawit di Indonesia. Sebab prosedur investasi yang lambat dan iklim usaha yang tidak stabil. Maka, dari 200 ribu hektare lahan yang direncanakan, hanya 20 persen yang sudah ditanami. Padahal, pada awalnya direct penanaman perkebunan sawit tersebut mencapai 500 ribu hektare. "Di Indonesia, butuh dua tahun gum aturan baru yang diumumkan pemerintah pusat berpengaruh ke pemerintah daerah. Secara umum, tidak mudah untuk melakukan bisnis di sana, dan kami mendpatkan lahan sebanyak yang kami inginkan untuk bisnis minyak sawit," kata Nipit yang juga menjadabt sebagai ketua Dewan Bisnis Thailand-Indonesia di bawah federasi Industri Thailand.Indonesia sedang melakukan refromasi regulasi investasi yang akan menyesuaikan dengan persyaratan kepemilikan asing pada sektor minyak sawit dan lainnya. Kepemilikan asing pada proyek minyak sawit yang mencapai 95 persen akan dikurangi. Sementara batas kepemilikan 50 persen pada bisnis lainnya akan ditambah.Berdasarkan rencana awal, PTT akan bisa memproduksi 20 ribu barel minyak sawit per hari dari perkebunan seluas 200 ribu hektare. Semua itu untuk melayani pasar Indonesia. "Konsumsi minyak sawit di state dan Burma memang besar," kata dia.Bangkok Post | Eka Utami Aprilia

di posting oleh
Totok Sujarwo

No comments:

Post a Comment