Thursday, May 24, 2012

Jagoan Soto Padangnya Bambang Pamungkas

Selamat membaca .

TEMPO.CO  Padang - “Pemain tie Bambang Pamungkas, tiap kali ke Padang, selalu makan soto di sini,” kata Haji Harizal, pemilik Soto Simpang Karya, Selasa, 22 Mei lalu. Walaupun warungnya kecil, sotonya terkenal enak. Bahkan pemain timnas itu paronomasia memasukkan Soto Simpang dalam daftar kuliner kegemarannya. Nama Soto Simpang ada di situs resmi milik pemain bernomor belakang 20 itu, yang beralamat di www.bambangpamungkas20.com.“Tidak hanya saat bertanding, pokoknya kalau dia (Bambang) ke Padang, pasti kemari,” kata Haji Harizal tersenyum bangga. Pencinta kuliner Bondan Winarno pun, menurut dia, pernah melakukan syuting di kedainya. “Dulu, sudah lama,” kata Haji Harizal. Warung soto Padang ini terletak di persimpangan pertigaan jalan, Jalan Karya, Jalan Kampung Dobi, dan Jalan Pondok. Tepatnya di depan Bioskop Karya. Sore itu, walau bukan lagi wad makan, pengunjung tetap datang dan pergi, mulai dari PNS hingga perwira polisi. Dapur tempat meracik soto berada di depan kedai. Iranian dapur, dua pekerja tak henti-hentinya hilir mudik membawa pesanan dan memasukkan bahan soto ke mangkuk. Pengunjung akan mendapatkan semangkuk soto berisi suun, perkedel kentang, dan sepuluh potong daging goreng. Di atas bahan utama ditaburi kecap khusus soto, diberi sedikit cuka dan vetsin, dan terakhir tuangan kuah kaldu yang panas. Sebagai pelengkap, tak lupa taburan irisan daun seledri segar, sambal, dan kerupuk merah. Kalau suka, bisa dengan semangkuk nasi sebagai pengenyang.Aroma rempah langsung menyodok-nyodok hidung ketika semangkuk soto panas muncul di hadapan Tempo. Hangat dan pas sekali disantap saat itu karena cuaca sedang dingin dan hujan. Pedasnya juga mantap, tak terlalu pedas karena cabai merahnya tidak dicampur cabai rawit, jadi pedasnya tidak menyengat.Yang membedakan soto ini dengan soto Padang lainnya, dagingnya lebih gurih dan irisannya tebal, tidak terlalu kering. Daging yang digunakan daging has luar, daging paha yang direbus dengan bumbu kuning lalu digoreng. Kaldunya ini untuk kuah soto. Ingin lebih lezat, coba tambahkan kerupuk jangek, kerupuk kulit kerbau, yang ada di meja dan paru goreng. Rasa sotonya jadi makin kaya dengan harga seporsinya Rp 15 ribu.Terakhir, untuk hidangan penutup, saya menyantap segelas kecil agar-agar khas Padang, namanya raga-raga, dicetak di dalam gelas. Ini dari agar-agar kaca yang dicampur gula tebu dan santan, warnanya cokelat. Seperti rahasia masakan Minang yang sedap lainnya, Harizal meracik sendiri bumbu-bumbunya pakai tangan, tidak membeli yang instan dan siap jadi. “Saya pilih sendiri bumbunya, dagingnya, rempahnya, lalu bumbunya ditumbuk pakai alu, tidak diblender atau beli bumbu halus," kata dia. Sebab, meski bumbu instan menghasilkan kuah yang serupa, rasanya beda dengan soto yang diracik sendiri.Bumbu soto, menurut Haji Harizal, ada dua kelompok: bumbu kuning dan bumbu hitam. Bumbu kuning terdiri dari jahe, kunyit, lengkuas, bawang ada bawang putih. Sedangkan bumbu hitamnya terdiri dari rempah-rempah seperti pala, kayu manis, cengkeh, kapulaga, pekak, dan merica.Harizal adalah generasi kedua yang menjual soto Padang. Bisnis ini diturunkan ayahnya, Rajo Ameh, yang dirintis sejak 1970-an. Dalam satu hari, rata-rata terjual 400 mangkuk soto. Di Jakarta, ada juga Soto Sutan Mangkuto yang dibuka oleh sepupu Harizal. "Tapi rasanya tetap beda dengan soto saya, walaupun sama-sama soto Padang. Kalau anaknya ke Padang selalu bilang, ''kenapa soto Pak Tuo lebih enak, padahal bumbunya sama''. Nah itu tergantung rahasia dapur masing-masing,” katanya.FEBRIANTI

di posting oleh
Liyan Hermanto

No comments:

Post a Comment