Thursday, May 31, 2012

Antisipasi Rilis Inflasi, Rupiah Menguat ke 9.380

Selamat membaca .

TEMPO.CO, Jakarta - Di pasar uang kemarin, nilai tukar rupiah berhasil menguat 152 poin (1,55 persen) ke take 9.400 per dolar Amerika Serikat (AS). Intervensi yang dilakukan Bank state (BI) dengan menggelontorkan dolar AS ke pasar mampu mengangkat rupiah yang sebelumnya sempat melemah hingga di atas 9.600 per dolar AS. Kondisi awal bulan dengan permintaan dolar AS rutin dari korporat juga turun serta antisipasi dirilisnya accumulation inflasi Mei dan ekspor Apr lalu mampu mendorong apresiasi rupiah di bawah take 9.400 per dolar AS. Meskipun inflasi bulan kemarin akan cenderung naik dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi inflasi masih terkendali sehingga akan membangkitkan kepercayaan maternity investor untuk kembali berinvestasi dalam mata uang rupiah. Rupiah pagi ini ditransaksikan menguat 20 poin dari penutupan kemarin di 9.400 per dolar AS. Di pasar non deliverable nervy (NDF) semalam, rupiah sempat kembali melemah hingga ke take 9.585 per dolar AS. Intervensi verbal yang dilakukan oleh BI untuk menjaga rupiah di take 9,450 per dolar ternyata cukup efektif untuk mendongkrak rupiah di tengah terpaan keluarnya investor asing dari bursa saham domestik dan pasar obligasi. Head of Treasury Bank BNI, Nurul Eti Nurbaety, mengungkapkan aksi slope sentral masuk ke pasar mampu mendorong penguatan rupiah kemarin di tengah digdayanya dolar AS terhadap mata uang utama dunia. Kecemasan maternity pelaku pasar terhadap masalah utang di Eropa yang makin meluas memicu apresiasi dolar AS sehingga rupiah sempat ditransaksikan di atas 9.600 per dolar AS. Hari ini rupiah berpotensi bergerak konsolidasi dengan kecenderungan menguat di kisaran 9.260 hingga 9.400 per dolar AS. “Adanya accumulation ekonomi domestik yang dirilis hari ini akan menjadi perhatian pasar yang tetap memantau situasi global,” dia menuturkan. Optimisme maternity pelaku pasar terhadap basic rupiah juga akan pulih seiring keluarnya accumulation inflasi dan ekspor hari ini. Dukungan penuh dari slope sentral sebagai otoritas moneter dapat memulihkan kepercayaan maternity pelaku pasar untuk memegang mata uang rupiah. “Namun demikian, aksi lindung nilai yang dilakukan oleh maternity investor terhadap portofolionya ke dalam dolar AS masih menjadi ancaman bagi penguatan rupiah,” ucapnya. VIVA B. KUSNANDAR

di posting oleh
Liyan Hermanto

No comments:

Post a Comment